Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Taifun

Masih terngiang dalam bayanganku soal lagu Barasuara yang berjudul Taifun. Aku akan membahasnya dalam pola pikirku yang agak absurd ini "di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari. Tawamu lepas dan tangis kau redam di dalam mimpi yang kau simpan sendiri."  Terkadang badai itu menahan kita untuk berlari menuju tujuan kita bahkan membelenggu kita sampai tertawa dalam "gua" yang kita olah sendiri. Oh lalala, manusia itu rupanya... "sumpah serapah yang kau ucap tak kembali."  Saking mereka tidak jernih berfikir sampai mengumpat kepada orang lain padahal harus mereka tunjukkan kepada diri mereka sendiri? Tidak jernihnya kita kepada otak kita sendiri "semua harap yang terucap tak kembali."  Atas nama "pelarian" mereka mengucap harap harap yang tak berisi dan bermakna. Setelah itu mereka tertawa lagi dalam "gua" yang mereka buat. Mereka teriakkan kencang-kencang dan pergi begitu saja kata katany...

Hujani aku dengan cintamu

Semalam berlalu aku dirundung pilu, tanpa tahu ada perihal apa yang mengundangmu untuk hadir. Tanpa pernah terbesit, hari ini aku menjalani hari dengan abu-abu Tepat jam 12 siang, tanpa harus ku dongakkan kepalaku, kau hadir dalam sekelumit bayangan hitam menutupi diriku yang abu "Sedang apa?" tanyamu Aku hanya termangu "Hai? Bisa berbicara?" tanyanya ragu Ku anggukkan kepalaku Dia menjabat tanganku. Menjalin tanda persahabatan. Aku selalu bercurah rasa kepadanya, semakin lama semakin dalam Ada rasa membencimu bersama orang lain Aiyahh... coret tebal nama cinta. Muak aku meliatnya Teringat akan malam malam dan hari-hari yang lalu kau hujani aku dengan cintamu membuatku seperti ini. Ya Seperti ini adanya

Aku (tunggu) kamu

Kalau ku sampaikan Tatkala mulut dan hati Bertentangan Emosi dan logika itu tak pernah bersatu Aku mengingatmu Dalam malam panjang ini Dalam dingin malam ini Dalam segala kepekatan yang ada Aku menginginkanmu Merasakan hangatmu Kemarilah! Aku butuh kamu Hanya aku ingat Kita tak bersama Kita berpisah Jauh didasar terdalam Tetapi... Aku tak dapat membohongi segala rasa Masih ada hasrat menginginimu Jangan kau lepas janjimu Dalam gelap ini Aku terbaring terkulai lemas Bermandikan air mata kesedihan Ya, kau tau mungkin maksudku apa? Apa kau tahu? Aku mendoakanmu dalam hati Sembari menangis dari lubuk terdalam! Takkan berdusta aku! Aku tahu egoku menang Hanya memuaskan hasrat sebentar Aku memutuskan selamanya Aku sesali ini Jadi Apa kamu mau kembali? Terserah padamu Jangan tanyakan aku, tanyakan pada dirimu! Tunggulah aku Di Lempuyanganwangi atau Tugu Di Tahun 2017 Aku pasti datang! Percayalah Aku bukan pendusta

Petang

Dikala petang Antara siang dan malam Antara terang dan gelap Antara hidup atau mati Kau adalah teman cakrawala Bulat utuh Pelan pelan menjadi setengah lingkaran Menenggelamkan diriku Berganti rupa  Kuning Hingga bersemburat Merah jingga Kini yang tersisa Hanyalah terang yang kau pinjamkan pada bulan Perasaan tentang matahari yang kau tenggelamkan Kau hanyalah sebagian dari perasaan masalaluku Perasaan para orang yang menanti Menantikan sendu malam Menantikan orang orang penganut kehidupan malam Aku sang gadis Menantimu juga duduk di taman Segala petang merah jingga Bisakah engkau memenuhi hatiku?

Penumbra

Kali ini saya akan menepati janji saya mengenai penumbra Kenapa saya lagi suka sama umbra maupun penumbra? menurut Wikipedia : Penumbra adalah bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana atau terjadinya bayangan pada benda gelap (tidak tembus pandang) bulan . Tidak tembus pandang artinya adalah bayang-bayang bulan atau bulan semu. Sama seperti saya, semu adanya tak nyata dalam dunia fana ini. Hilang sejenak dua jenak barang. Mungkin jiwa-jiwa kita juga, hanya berbungkus tulang dan kulit dan tak lama akan menjadi fana.  Mungkin hidup kita. Semua kesenangan kita semua hanyalah bayangan kabur. Lihatlah, memang detik bisa diulang? Terserah yang menciptakan, Penumbra adalah kita. Kita adalah bulan. Kita adalah satelit. Kita adalah pengikut. Kita adalah penghuni alam semesta yang tak terkira. Biarlah, hanya yang mencipta yang tahu inginnya skenarionya seperti apa. Karena kita adalah penumbra. Bayangan kabur 

Tentang Siapa

Tak bisa saya sebutkan satu satu. Karena terlalu banyak yang menginspirasi saya. Termasuk orang-orang yang berada di jalan raya, jalan kecil yang suka saya lalui. Mungkin saja semua orang yang singgah, datang dan mampir sebentar dua bentar untuk melanjutkan perjalanan mencari keabadiaan. Seperti kata pujangga kesukaan saya -Sapardi Djoko Darmono- "Waktu yang fana, kita yang abadi" Seperti "kita" "kita" yang lainnya, begitulah aku juga maklum adanya. Sama seperti yang selalu datang dalam kehidupan sosial seperti teman, sahabat, musuh. Ya sejenisnya. Hal yang sama saya rasakan perpindahan raga ini dari kota kecil ke kota besar. Ke Metropolitan yang kata orang lebih kejam daripada ibu tiri. Bangun jam 5 pagi demi sekolah sangat manusiawi agar tidak terjebak dalam kendaran menumpuk yang penuh dengan masalahnya masing-masing. Ya semuanya, semuanya siapa-siapa-siapa yang ada di dunia ini. Sampai kau yang membaca karangan ini. Sampai di Jakarta, bulan pun...

Selendang Para Bidadari

Langit biru. Bersenandung ria kecil kecilan Terduduk diam di atas bebatuan besar sembari menatap riak riak sungai yang menari. Membasuh diriku dalam banyu putih yang bersih Berlilitkan kain batik peninggalan eyang "Ningsih..." "Ah ya.. Mas.."  Aku membalikkan badan sambil membetulkan kainku "Sedang apa?" "Duduk mas."  "Kemari sini" Dia menjabat tanganku. Aku mengikut saja karena tersihir cinta Dan dia memperlihatkan selendang para bidadari di bawah kaki bukit "Ini yang namanya pelangi."  Aku melongok seperti sapi ompong. Kagum dan kaget oleh ciptaan Sang Gusti "Terimakasih ya mas." Aku melemparkan senyumku "Kesampaian ya sudah lihat pelangi? Sekarang wis mulih." ujarnya Sembari jalan pulang, aku menggamit tangannya dengan erat. Namanya Jaka.

Selamanya Cinta

Malam menanti besok pagi. Berharap jejak langkah kita takkan tersapu sang angin. Berharap hujan bersorak untuk kita. Berharap purnama menghantar kita. Berharap bintang sedang bertaburan. Berharap kau bertemu denganku dalam raum rindu dan lampu yang sendu. Di utara waktu itu. Dan selatan tepatnya. Bersenandung kecil. Bercengkerama. Berpelukkan. Selamanya cinta❤.

Wahai Kau

Wahai Kau Yang kerap tersenyum manis dibenakku Berhentilah! Agar ku sanggup tidur kali ini. Ikut denganku serta Melintasi alam nyata Seakan kita benar Tak peduli akan salah Tapi aku tahu hati dan rasa bicara -Danilla dan Lafa-

Teruntuk[mu] dariku

Maaf apabila aku lancang. Ini tentangmu.... Jakarta, 19 Oktober 1999. Dari rahim sang Srikandi keluarlah seorang manusia dengan lemah. Dengan sehat, kulit yang putih bersih serta pipi yang seranum buah ceri. Sempat diragukan siapakah kamu, wanita atau lelaki tetapi Yang Maha Pengasih menjatuhkan pilihannya pada lelaki (Puji Tuhan!). Kau adalah seorang yang termanis dari yang terganteng. Menjadi pelengkap segala sesuatu yang telah diciptakan Srikandi dan Arjuna.  Masa kecilmu penuh perpindahan dari satu tempat ke yang lain dari Malang, Jakarta sampai aku tidak tau lagi dimana sampai Srikandi dan Arjuna menjatuhkan hatinya di kota budaya yaitu Yogyakarta.  Banyak bidadari telah singgah ke hatimu. Bidadari yang telah mencuri hatimu. Sehingga ku tertegun sehati sepaham dengan otak ini. Bagiku, aku terlambat mengenalmu karena aku tau kamu adalah sang matahari. Maka dapat kau ketahui, aku tidak pantas bersamamu. Malam itu langit tidak cerah bersinar, ya aku tahu mungkin sang...

Sejenak adinda perkenalan saja

Namaku dita. Ah ya.. nama lengkapku Benedicta Sharon Permata Hati. Papaku bilang aku Ratu yang selalu diberkati Tuhan dan menjadi permata hati mama dan papa ku. Berperawakan agak lebar sedikit dengan kurang tinggi yaitu 154cm dengan 49kg. Dilahirkan di keluarga peranakan Cina Belanda antara Cina Bogor dan Cina Banjar dengan campuran Belanda pada mata coklat hitam. Berambut ombak yang sangat jelas bentuk ombaknya dan hitam pekat seperti mama dan tebal seperti papa. Kata orang zaman dahulu aku termasuk kalangan sempurna karena berrambut setipe dengan diatas. Dilahirkan di kota kecil penuh sungai yang diberi nama Banjarmasin, aku dilahirkan disaat jam 9.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah dengan keadaan terlilit tali pusar mama dan dengan tanggal 5 Juli 1999 aku resmi keluar dari rahim mama. Aku berkulit putih tidak hitam tidak sawo matang agak ya aku tak mengerti ini apa maksudnya membuatku menjadi orang yang agak manja. Aku anak satusatunya di keluarga mini ciptaan Tuhan Bapa ini. Aku berm...

Awan dan Matahari

Aku adalah Awan Yang berjalan Yang berbentuk kapas Yang selalu diam Aku adalah Matahari  Yang menyinari  Yang berbentuk bulat  Aku adalah raja dari seluruh planet Aku Awan Akan berkisah Bagaimana aku hidup Aku berkelana dan tak tetap Aku Matahari  Akan berkisah  Bagaimana aku hidup  Aku diam dan seluruh planet adalah anak buahku  Aku Awan Hidupku Mandiri Aku adalah ibu dari kehidupan setiap manusia di bumi Aku selalu berkelana Aku Matahari  Hidupku Mandiri  Tenang aku tidak perlu bergantung  Aku diam saja banyak yang mengincarku  Aku Awan Aku bertemu dengan sesosok raja Bumi bilang dia adalah Matahari Namanya maksudku Aku Matahari  Aku barusan berkunjung ke bumi  Eh aku lihat ada benda aneh Bentuknya gelombang besar dan mengambang  Aku Awan Matahari? Itu adalah hebat Dia besar dan semua planet tunduk padanya Aku ingin bertemu Aku Matahari  Aku melihat makhluk aneh itu...

Masa Remadja

Aku datang ke sekolah Dengan langkah gontai Semuanya wanita Hei.. aku ini dimana? Duduk diam Membuka buku Mengingat apa yang kupelajari tadi malam. Tapi yang terlintas adalah ceritaku tadi malam di akun sosial mediaku Dengan seorang pria Dalam waktu 1 malam Membuatku jatuh cinta Ah cinta. Kurang ajar! Ibu guru datang Serentaklah 35 siswi berdiri SELAMAT PAGI BU! Seseantero kelas meneriakkan itu Duduk mengeluarkan kotak pensil Halah belajar apa tadi malam aku? Lupa semua! Remediallah pasti! Tapi ilham selalu datang Menuliskannya Menafsirkan setiap persoalan demi persoalan dan Selesai Menunggu nilai Antara merah atau hitam Alias tidak remedial Harapanku begitu Pulang sekolah Tidurlah terlebih dahulu agar tidak capek Malam belajar Jam 12 datang Setiap hari Setiap jam Menanti sosok itu Dalam persoalanku Dialah pembawa damai Bagaikan air yang membasuh Bagaikan udara yang ku hirup Kaulah itu Ini adalah sebagian cerita Antara Belajar dan Cint...

Dari sudut mataku

Namaku Kristian Narendra Prajadiputra. Panggil saja aku Kris. Aku adalah makhluk yang diciptakan Tuhan untuk hidup tidak terikat dengan siapapun. Tapi ada satu yang membuatku terikat yaitu seorang makhluk yang dibentuk Tuhan berdasarkan tulang rusukku dan berlapiskan bunga dan dedaunan. Halus raga dan jiwanya. Namanya adalah Shareena Dvisagitha Lesmana. Bidadari yang bermain biola dari surga dan berrambut ombak ini diturunkan Tuhan untukku. Tak pernah ku rasakan bahwa dia sangat tegar. Bahkan dalam cobaan sesakit apapun. Sungguh dia adalah Srikandi dalam lapisan bidadari. Tapi, seribu maaf aku utarakan. Aku menemukan bidadari lain, yang ini rapuh jiwanya. Kutemukan dia dalam ilalang dan padang rumput sedang tertawa senang diatas penderitaannya. Namanya Anggita Deana. Sampai aku mengejarkan dan aku putuskan untuk menjatuhkan hati ke hadapannya, awalnya yang ada hanyalah penolakan. Aku sadar Srikandi yang ini sangat serius memilih siapa Arjunanya namun aku hanya inginkan dia. Pada akhirn...

Saudariku kematian

Ada yang namanya kehidupan dan kematian. Mereka berdua bersaudara. Suatu hari, si Kehidupan disuruh berpisah oleh Tuhan. Kehidupan diutus untuk menemani seorang gadis kecil dan sedihlah hati si Kematian.  Sebenarnya, Kehidupan ini adalah polos adanya. Dia tidak tahu menahu. Dia bahkan tidak ingin berpisah dengan kematian. Dia tetap menjalankan tugasnya, menemani gadis kecil itu sambil mencari si Kematian. Tapi yang dia temukan malah yang bernama Kegembiraan, Keakraban, Kesedihan. Dia tidak menemukan si Kematian. Sedihlah hati si Kehidupan.   Pada suatu hari, di hari Rabu Abu. Si Kehidupan menemani gadis kecil itu untuk menerimakan abu yang berarti tanda sesal atas dosa nya selama ini. Si Kematian yang sudah lama tidak bertemu si Kehidupan tidak peka sama sekali kalau tadi dia bertemu saudarinya. Alhasil, dahi gadis itu bersemat abu. Akan tetapi feeling si Kehidupan bahwa dia merasa saudarinya hadir. Dia datang lagi. Tapi si kehidupan mengabaikan hal itu. Sampai a...

Abu

Hari itu adalah Rabu Abu Ketika aku berada di atas bumi Diantara Surga Dunia dan Eden Aku melakukan banyak hal Ruangan ini besar Kosong Hampa Aku tak bisa melihat Tolonglah, bisakah tunjukkan padaku itu apa? Aku merasa buta Aku merasa sendirian Aku merasa kedinginan Tolonglah, Siapapun juga tolong aku! Aku ingin berteriak Aku ingin berlari Aku ingin meratap Tuhan, Dengarlah seruanku! Abu Aku menerimakan abu Diatas dahi Diantara pikiranku Ketika aku menerimakan Aku hanya terdiam Berdoa Tuhan tolong terima sesalku 40 Hari lamanya aku bergumul Dalam hampa Dalam ruang kesedihan Menyesali dosaku Bapa Engkau berkata Padaku "Ingatlah, Kau debu dan akan kembali menjadi debu!" Aku hanyalah seonggok debu di kakiMu, Bapa Aku sedih Bapa Bapa Tolong terimalah aku Sebelum aku kembali menjadi debu Segala sesalku Bapa Aku inginkan pertobatan dariMu Ampunan dariMu Sebelum aku kembali ke rumahMu Bapa -Sharon-

Semua Telah Berlalu

Hari ini Hari Sincia Aku si meimei kecil yang dulu Sekarang sendirian Ditinggal orangtua Dulu waktu aku kecil Aku dikenakan baju Cheongsam Rambutku dikepang persis Putri Cina Banyak yang memujiku dan memberiku uang Tapi hari ini, Aku duduk terdiam Termenung di depan Laptop Iya komputer lipat itu Aku hanya duduk diam dan menanti Aku, Mei-mei yang suka menangis apabila melihat Barongsai datang Yang selalu ber paipai ria dengan Popo, Papa dan Mama, Tante dan Om. Kehangatan yang kurindukan semua sirna Menjadi kedinginan yang berarti Aku tertutup malam ini Pagi ini juga Aku menangis Saksinya hanyalah hujan Kuah misoa pagi itu pun mengetahuinya bahwa aku tak berminat bersamanya Merah Pergilah dirimu! Aku tak ingin merasakan hari ini. Aku hanya ingin bersama biru tuaku Menghabiskan 24 Jam ini Tanpamu Merah! -Sharon-

Untuk Lelaki yang Berada Disana

Malam ini malam minggu Aku sendirian Tiada yang menemani Aku mau ada yang menemani Menemaniku sepenuh hati Tanpa memandang kekuranganku Ketika aku memandang dirinya Aku inginkan darinya hatinya yang tulus Walaupun hanya menatap dengan foto Aku harap dirinya mengerti Ketika malam ini aku terduduk Menatap langit Banyak bintang Seperti rasaku padamu Angin semilir yang bersahabat Menghantar rasaku padamu Aku harap angin memberi tahuku tentangnya Akankah dia tahu? Andai dia tahu siapa dia Mungkin aku malu Mungkin dia tak senang Tapi rasaku lebih dari mawar yang tumbuh Aku adalah Prajnaparamita Engkaulah Amurwabhumi-ku Semua tulisan Rangkaian kata Semata-mata hanya untukmu Arokku Dedes padamu Arokku -Sharon-

Kosong

Hari ini aku kosong Bagaikan gelembung udara Pecah dan bulat Tetapi tipis. Aku tak tahu mengapa otakku tersendat Berhenti berkarya Tulisan tulisanku Sampah otak dan hatiku Semuanya.... Ah... aku inginkan ide Segar mengalir bagaikan air dari Puncak Pangrango Oh Tuhan... Aku merindu Bogor Tempat yang memberiku sejuta inspirasi Ditemani daun rontok dari pohon pinus dan kamboja Bukan lampu-lampu dan gedung raksasa ini Aku ingin kembali Kembali pada syahdunya alam Kepada syahdunya udara Kepada kolong langit yang melahirkanku Dan alam yang berkosmologi denganku -Sharon-

Jalan Hidup berbanding dengan Jalan Pikiran

Ketika aku menulusuri Jalan Pikiranku Aku menemukan banyak doktrin Berserakan di dalam otak ini Seonggok daging yang hanya mampu menerima dan memeras! Aku melihat jalan hidupku Berkelok berliku tajam Aku hanya mengikuti Let It Flow ujarku Berbalik lagi pada jalan pikiranku Aku yang menuntut Hanya menuntut Bukannya membuatnya longgar tambah membuatnya ketat Jalan hidupku tidak sesuai jalan pikiranku Hei, aku ini mau sesuai jalan pikiranku Menurutlah sedikit Bisa? Tertawa diantara penderitaan Tersenyum diantara kekangan Menyedihkan diri melihatku Tulang yang dibungkus daging dan kulit berkelana Apa itu semua doktrin di otakku? Buang sana jauh jauh Hanyalah teori semata Jempol kaki saja tak lebih dari dia Ketika aku melihat lagi jalan hidupku Ini mungkin adalah harta terindahku Kebebasanku, kebahagiaanku, keceriaanku Hadiah dari Tuhan padaku Nikmati saja Doktrin itu hanyalah penyemangatmu dikala liku tajam kau lalui Pikiranmu tak akan memberontak tanpa sepengetahuan hatimu Dia hanyalah se...

Tarian Tangan dan Pikiran

Letakku bukan dibumi Letakku bukan diatas tanah Tapi setidaknya Mengapa Dia memberiku nyawa dan tubuh?  Ku kira aku melayang Dari Merkurius sampai ke Neptunus Atau dari Bimasakti ke Andromeda Atau aku masih ingin di dalam Sriwedari dipangku olehNya?  Kenapa Dia memberiku kepercayaan? Aku tak humanis macam Bunda dari Kalkuta itu Aku tak perfeksionis macam Si Kumis tipis Nazi itu Aku tak idealis seperti Si Proklamator dari Blitar Aku hanya gadis Gadis remaja yang mendut jiwanya Diguncang angin dan badai Menangis selalu Tertawa pun jarang Mau tersenyum ada waktunya Rambutku tak bagus Cantik juga tidak Apa yang bisa ku banggakan dari tulang berbungkus kulit ini? Sehingga aku diberi nyawa? Diberi kesempatan untuk mencintai dan dicintai Apa aku harus Humanis? Perfeksionis? Manuskrip tak pernah menjelaskan aku sempurna  Tiada satu tulisan yang menyebut namaku Dunia melihat aku sebagai butiran tanah Aku bukan si hebat Bukan si sempurna Bukan yang mengi...

Maaf

Terkadang maaf itu sulit meluncur Hatiku membeku Mulutku terkatup Desir angin menusuk punggungku   Diam Jam berdetik Lonceng gereja berbunyi Sudah jam 6 sore  Aku duduk diam Di taman kita bertemu dulu Berharap kau temaniku Berharap kau mendengarkan ceritaku Tapi semua berubah Es itu datang Membekukan hatiku Sampai suhunya dibawah - Sejak kau tinggalkan aku Aku merasa sepi Mencari yang lain Aku tak mampu Payahkah aku? Aku menanti sinarmu Agar mencairkan hatiku Salah? Ketika laba laba menenun jaringnya Sedangkan aku diam Mataku menerawang Akankah kita bisa seperti dia? -Sharon-

Segelintir Kisah Hampa

Namaku Rena. Lengkapnya adalah Shareena Dvisagitha Lesmana. Aku akan berkisah mengenai perasaanku padanya. Tak ku sangka aku bertemu dengannya, dibawah malam yang berhiaskan bintang tanpa bulan. Wajahku datar, lurus tak berporos. Aku hanya menemani kawanku dan kesenanganku semata. Nasibkah? Aku bertemu denganmu yang bernama Kristian Narendra Prajadiputra. Pertemuanku dengannya hanyalah lakon drama tak lucu yang pernah ku perbuat. Bagaimana bisa aku mengenalnya dengan menangkap bahwa dia adalah sahabatku waktu SMP?   Kebencian, keresahan hati yang tampak yang ku tau tentangnya. Kalian tahu? Bahwa dia adalah saudara orang yang ku suka? Bukankah itu suatu kekonyolan yang sangat konyol? Dapat ku simpulkan bahwasanya dunia ini sempit. Tak terasa lama sudah kami berkawan. Tapi aku merasa, ada kelompak bunga menghujam jantungku ketika itu. Rasanya hangat dan manis. Aku merasa aku telah jatuh hati. Aku seakan menyandarkan hatiku padanya. Namun apa yang terjadi?   Hari itu...