Maaf apabila aku lancang. Ini tentangmu....
Jakarta, 19 Oktober 1999. Dari rahim sang Srikandi keluarlah seorang manusia dengan lemah. Dengan sehat, kulit yang putih bersih serta pipi yang seranum buah ceri. Sempat diragukan siapakah kamu, wanita atau lelaki tetapi Yang Maha Pengasih menjatuhkan pilihannya pada lelaki (Puji Tuhan!). Kau adalah seorang yang termanis dari yang terganteng. Menjadi pelengkap segala sesuatu yang telah diciptakan Srikandi dan Arjuna.
Masa kecilmu penuh perpindahan dari satu tempat ke yang lain dari Malang, Jakarta sampai aku tidak tau lagi dimana sampai Srikandi dan Arjuna menjatuhkan hatinya di kota budaya yaitu Yogyakarta.
Banyak bidadari telah singgah ke hatimu. Bidadari yang telah mencuri hatimu. Sehingga ku tertegun sehati sepaham dengan otak ini. Bagiku, aku terlambat mengenalmu karena aku tau kamu adalah sang matahari. Maka dapat kau ketahui, aku tidak pantas bersamamu.
Malam itu langit tidak cerah bersinar, ya aku tahu mungkin sang Bintang sedang bersembunyi dibalik sang awan sedang bercumbu dikala rentang waktu yang singkat. Menemanimu sampai aku ketahui bahwa aku memiliki kesamaan kepadamu dan jam 2 pagi itu, aku jatuh cinta denganmu!
Awal mulanya, aku enggan memilikimu karena ada perasaan tak enak. Tetapi entah terbawa arus perasaan, aku tertiba saja menginginkanmu. Memang benar kata orang "Kau akan jatuh cinta dengan orang yang tidak terduga" dan tepat aku jatuh cinta denganmu pada saat ditelan sunyi sambil memikirkanmu.
Hujan pun mengetahui bahwa kau membalas rasaku. Dia turut bersuka ria dengan menari sehingga kotaku tercinta yaitu Jakarta langsung kena impasnya. Aku tak peduli, sampai alam pun bersuka ria. Apakah ini pertanda Yang Maha Mencintai mengizinkan kita bersama? Entahlah, aku merasa kau adalah energi positif yang telah lama hilang.
Kelas 10 Semester 2 kita jalan bersama, Kau adalah lemak jenuh yang penuh sampai ke wajahmu. Bagian dirimu yang termanis adalah senyumanmu yang tulus yang membuatku menatap Randanu. Baru pertama kali aku diperlakukan tidak seperti "Putri Raja" tetapi sama sepertimu, wahai pangeran.
Meskipun aku tahu kita adalah sisa sisa keikhlasan yang tidak diikhlaskan. Aku tahu sang pemelihara dan penghadir kita tidak menginginkan kita ada sekarang. Tetapi mampukah mereka melawan Yang Maha Mencinta hadir ditengah kita?
Kau adalah sang abdi Yang Maha Mencinta. Turutlah dalamku, menyatu dalam nafas dan denyut nadiku. Aku tahu terkadang aku lelah. Lelah dalam penantian, menanti kita bersama seperti kebanyakan orang dan oleh luapan emosi. Tetapi aku sadar kau adalah abdi sang Maha Mencinta aku berpikir salahkah aku apabila meluapkan emosiku dan murkaku? Sudah ku katakan aku hanyalah manusia.
Tepukau ku dibuatmu. Akan ku catat dalam ingatanku. Apabila aku bukan bersamamu, akan ku kisahkan pada anakku bahwa kau pernah hadir dalam hidupku. Merasuk bersamaku, membawaku sampai ke alam mimpi. Meski ku kini jauh disana. Kau dekat di hatiku!
Akankah kita bersama? Biarlah Yang Maha Mencinta menjawabnya. Biarlah riak sungai dan rumput hijau menjadi inspirasi kita.
-Pengagum Rahasiamu-
Jakarta, 19 Oktober 1999. Dari rahim sang Srikandi keluarlah seorang manusia dengan lemah. Dengan sehat, kulit yang putih bersih serta pipi yang seranum buah ceri. Sempat diragukan siapakah kamu, wanita atau lelaki tetapi Yang Maha Pengasih menjatuhkan pilihannya pada lelaki (Puji Tuhan!). Kau adalah seorang yang termanis dari yang terganteng. Menjadi pelengkap segala sesuatu yang telah diciptakan Srikandi dan Arjuna.
Masa kecilmu penuh perpindahan dari satu tempat ke yang lain dari Malang, Jakarta sampai aku tidak tau lagi dimana sampai Srikandi dan Arjuna menjatuhkan hatinya di kota budaya yaitu Yogyakarta.
Banyak bidadari telah singgah ke hatimu. Bidadari yang telah mencuri hatimu. Sehingga ku tertegun sehati sepaham dengan otak ini. Bagiku, aku terlambat mengenalmu karena aku tau kamu adalah sang matahari. Maka dapat kau ketahui, aku tidak pantas bersamamu.
Malam itu langit tidak cerah bersinar, ya aku tahu mungkin sang Bintang sedang bersembunyi dibalik sang awan sedang bercumbu dikala rentang waktu yang singkat. Menemanimu sampai aku ketahui bahwa aku memiliki kesamaan kepadamu dan jam 2 pagi itu, aku jatuh cinta denganmu!
Awal mulanya, aku enggan memilikimu karena ada perasaan tak enak. Tetapi entah terbawa arus perasaan, aku tertiba saja menginginkanmu. Memang benar kata orang "Kau akan jatuh cinta dengan orang yang tidak terduga" dan tepat aku jatuh cinta denganmu pada saat ditelan sunyi sambil memikirkanmu.
Hujan pun mengetahui bahwa kau membalas rasaku. Dia turut bersuka ria dengan menari sehingga kotaku tercinta yaitu Jakarta langsung kena impasnya. Aku tak peduli, sampai alam pun bersuka ria. Apakah ini pertanda Yang Maha Mencintai mengizinkan kita bersama? Entahlah, aku merasa kau adalah energi positif yang telah lama hilang.
Kelas 10 Semester 2 kita jalan bersama, Kau adalah lemak jenuh yang penuh sampai ke wajahmu. Bagian dirimu yang termanis adalah senyumanmu yang tulus yang membuatku menatap Randanu. Baru pertama kali aku diperlakukan tidak seperti "Putri Raja" tetapi sama sepertimu, wahai pangeran.
Meskipun aku tahu kita adalah sisa sisa keikhlasan yang tidak diikhlaskan. Aku tahu sang pemelihara dan penghadir kita tidak menginginkan kita ada sekarang. Tetapi mampukah mereka melawan Yang Maha Mencinta hadir ditengah kita?
Kau adalah sang abdi Yang Maha Mencinta. Turutlah dalamku, menyatu dalam nafas dan denyut nadiku. Aku tahu terkadang aku lelah. Lelah dalam penantian, menanti kita bersama seperti kebanyakan orang dan oleh luapan emosi. Tetapi aku sadar kau adalah abdi sang Maha Mencinta aku berpikir salahkah aku apabila meluapkan emosiku dan murkaku? Sudah ku katakan aku hanyalah manusia.
Tepukau ku dibuatmu. Akan ku catat dalam ingatanku. Apabila aku bukan bersamamu, akan ku kisahkan pada anakku bahwa kau pernah hadir dalam hidupku. Merasuk bersamaku, membawaku sampai ke alam mimpi. Meski ku kini jauh disana. Kau dekat di hatiku!
Akankah kita bersama? Biarlah Yang Maha Mencinta menjawabnya. Biarlah riak sungai dan rumput hijau menjadi inspirasi kita.
-Pengagum Rahasiamu-
paragraf kedua dari akhir:that's what i am gonna to do
ReplyDeletelayaknya angin kau tiup pergi sesuka hatimu
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete