Namaku Rena. Lengkapnya adalah Shareena Dvisagitha Lesmana. Aku akan berkisah mengenai perasaanku padanya.
Tak ku sangka aku bertemu dengannya, dibawah malam yang berhiaskan bintang tanpa bulan. Wajahku datar, lurus tak berporos. Aku hanya menemani kawanku dan kesenanganku semata. Nasibkah? Aku bertemu denganmu yang bernama Kristian Narendra Prajadiputra. Pertemuanku dengannya hanyalah lakon drama tak lucu yang pernah ku perbuat. Bagaimana bisa aku mengenalnya dengan menangkap bahwa dia adalah sahabatku waktu SMP?
Kebencian, keresahan hati yang tampak yang ku tau tentangnya. Kalian tahu? Bahwa dia adalah saudara orang yang ku suka? Bukankah itu suatu kekonyolan yang sangat konyol? Dapat ku simpulkan bahwasanya dunia ini sempit.
Tak terasa lama sudah kami berkawan. Tapi aku merasa, ada kelompak bunga menghujam jantungku ketika itu. Rasanya hangat dan manis. Aku merasa aku telah jatuh hati. Aku seakan menyandarkan hatiku padanya. Namun apa yang terjadi?
Hari itu tepat bulan sabit muncul menyapa. Ketika aku menanyakan siapakah sosok di hatinya? Malangnya ku ketahui dia mencintai orang lain. Bayangkan rasanya, aku menaruh hati tetapi dia menaruh hati pada orang lain pula? Saat itulah aku merasa bahwa sabit telah menusuk hatiku. Dengan perih. Tajam. Mengucur deras. Dalam malam ini aku menangis, tegakah kau wahai sabit?
Bukan hari ini apalagi besok, aku berharap aku akan segera jauhnya darinya. Tetapi Tuhan berkata lain, aku didekatkan olehnya. Malang nasibku. Mau mati rasanya.
Sebelum ku jauh dan dirimu melangkah lebih jauh bersamanya izinkan aku mengucapkan bahwa aku lebih mencintaimu daripada yang kau kira seperti seorang sahabat bukan seorang pacar. Aku menyerah dan selamat jalan. Aku merindukan kita! Kita yang pernah tertawa dalam sendu. Memeluk dalam diam. Menangis dalam canda. Tersenyum dalam imajinasi. Apakah kita bisa kembali? Bertemu pada satu titik dimana kita kembali tanpa ada rasa cinta? Di Stasiun bawah tanah ini, aku hanya menghantarmu yang kembali kesana. Kiranya kau aman, dengannya. Dan aku akan memelukmu dari jauh. Jauh dari sana. Dari hati. Dengan hatiku akan memelukmu. Pasti aku akan melakukannya. Tanpa ada sesal karena kejadian itu.
-Shareena Dvisagitha Lesmana. Leiden, 17 August 2013 -Zommer-
Tak ku sangka aku bertemu dengannya, dibawah malam yang berhiaskan bintang tanpa bulan. Wajahku datar, lurus tak berporos. Aku hanya menemani kawanku dan kesenanganku semata. Nasibkah? Aku bertemu denganmu yang bernama Kristian Narendra Prajadiputra. Pertemuanku dengannya hanyalah lakon drama tak lucu yang pernah ku perbuat. Bagaimana bisa aku mengenalnya dengan menangkap bahwa dia adalah sahabatku waktu SMP?
Kebencian, keresahan hati yang tampak yang ku tau tentangnya. Kalian tahu? Bahwa dia adalah saudara orang yang ku suka? Bukankah itu suatu kekonyolan yang sangat konyol? Dapat ku simpulkan bahwasanya dunia ini sempit.
Tak terasa lama sudah kami berkawan. Tapi aku merasa, ada kelompak bunga menghujam jantungku ketika itu. Rasanya hangat dan manis. Aku merasa aku telah jatuh hati. Aku seakan menyandarkan hatiku padanya. Namun apa yang terjadi?
Hari itu tepat bulan sabit muncul menyapa. Ketika aku menanyakan siapakah sosok di hatinya? Malangnya ku ketahui dia mencintai orang lain. Bayangkan rasanya, aku menaruh hati tetapi dia menaruh hati pada orang lain pula? Saat itulah aku merasa bahwa sabit telah menusuk hatiku. Dengan perih. Tajam. Mengucur deras. Dalam malam ini aku menangis, tegakah kau wahai sabit?
Bukan hari ini apalagi besok, aku berharap aku akan segera jauhnya darinya. Tetapi Tuhan berkata lain, aku didekatkan olehnya. Malang nasibku. Mau mati rasanya.
Sebelum ku jauh dan dirimu melangkah lebih jauh bersamanya izinkan aku mengucapkan bahwa aku lebih mencintaimu daripada yang kau kira seperti seorang sahabat bukan seorang pacar. Aku menyerah dan selamat jalan. Aku merindukan kita! Kita yang pernah tertawa dalam sendu. Memeluk dalam diam. Menangis dalam canda. Tersenyum dalam imajinasi. Apakah kita bisa kembali? Bertemu pada satu titik dimana kita kembali tanpa ada rasa cinta? Di Stasiun bawah tanah ini, aku hanya menghantarmu yang kembali kesana. Kiranya kau aman, dengannya. Dan aku akan memelukmu dari jauh. Jauh dari sana. Dari hati. Dengan hatiku akan memelukmu. Pasti aku akan melakukannya. Tanpa ada sesal karena kejadian itu.
-Shareena Dvisagitha Lesmana. Leiden, 17 August 2013 -Zommer-
Comments
Post a Comment