Ada yang namanya kehidupan dan kematian. Mereka berdua bersaudara. Suatu
hari, si Kehidupan disuruh berpisah oleh Tuhan. Kehidupan diutus untuk
menemani seorang gadis kecil dan sedihlah hati si Kematian.
Sebenarnya, Kehidupan ini adalah polos adanya. Dia tidak tahu menahu. Dia bahkan tidak ingin berpisah dengan kematian. Dia tetap menjalankan tugasnya, menemani gadis kecil itu sambil mencari si Kematian. Tapi yang dia temukan malah yang bernama Kegembiraan, Keakraban, Kesedihan. Dia tidak menemukan si Kematian. Sedihlah hati si Kehidupan.
Pada suatu hari, di hari Rabu Abu. Si Kehidupan menemani gadis kecil itu untuk menerimakan abu yang berarti tanda sesal atas dosa nya selama ini. Si Kematian yang sudah lama tidak bertemu si Kehidupan tidak peka sama sekali kalau tadi dia bertemu saudarinya. Alhasil, dahi gadis itu bersemat abu. Akan tetapi feeling si Kehidupan bahwa dia merasa saudarinya hadir. Dia datang lagi. Tapi si kehidupan mengabaikan hal itu. Sampai akhirnya setelah misa penerimaan abu itu, gadis itu berjalan dan tiba-tiba si kehidupan melihat ada dua gambaran dirinya di depan gadis itu yang satu adalah putih bersinar dan satunya hitam pekat tidak karuan. Tiba-tiba ada mobil datang perlahan, si Kehidupan ingin menyelamatkan nyawa gadis itu tetapi tidak mampu karena ditarik oleh sesuatu kekuatan yang berwarna hitam pekat. Kekuatan itu pun berkata "Ingatkah engkau, saudariku? Aku adalah si Kematian. Mari kita pulang. Tugas kita untuk anak ini sudah selesai. Aku adalah abu yang bersemat didahinya. Kau jugakan yang menginginkan bertemu denganku? Sekarang kita sudah bertemu, bukan? Tidak salahkah aku?" Maka menangislah si Kehidupan bahwa dia tidak bisa menyelamatkan nyawa si gadis tersebut dan hanya mementingkan egonya semata.
Meratap dan menangis hanya itu yang bisa dilakukan si Kehidupan kepada gadis itu. Dia berdosa terhadap Tuhan karena tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Dia memohon ampun pada Tuhan dan meminta padaNya untuk menghidupkan kembali gadis itu. Tetapi, Tuhan tak meninginkan hal itu terjadi. Dia menginginkan si Kehidupan bertukar posisi dengan si Kematian dan begitupun sebaliknya.
Ratap, tangis itu hanyalah gambaran semata. Ketika kematian bertemu saudarinya lagi, Ingatlah saat itu juga nyawamu dipertaruhkan oleh keegoan si Kehidupan
-Sharon-
Sebenarnya, Kehidupan ini adalah polos adanya. Dia tidak tahu menahu. Dia bahkan tidak ingin berpisah dengan kematian. Dia tetap menjalankan tugasnya, menemani gadis kecil itu sambil mencari si Kematian. Tapi yang dia temukan malah yang bernama Kegembiraan, Keakraban, Kesedihan. Dia tidak menemukan si Kematian. Sedihlah hati si Kehidupan.
Pada suatu hari, di hari Rabu Abu. Si Kehidupan menemani gadis kecil itu untuk menerimakan abu yang berarti tanda sesal atas dosa nya selama ini. Si Kematian yang sudah lama tidak bertemu si Kehidupan tidak peka sama sekali kalau tadi dia bertemu saudarinya. Alhasil, dahi gadis itu bersemat abu. Akan tetapi feeling si Kehidupan bahwa dia merasa saudarinya hadir. Dia datang lagi. Tapi si kehidupan mengabaikan hal itu. Sampai akhirnya setelah misa penerimaan abu itu, gadis itu berjalan dan tiba-tiba si kehidupan melihat ada dua gambaran dirinya di depan gadis itu yang satu adalah putih bersinar dan satunya hitam pekat tidak karuan. Tiba-tiba ada mobil datang perlahan, si Kehidupan ingin menyelamatkan nyawa gadis itu tetapi tidak mampu karena ditarik oleh sesuatu kekuatan yang berwarna hitam pekat. Kekuatan itu pun berkata "Ingatkah engkau, saudariku? Aku adalah si Kematian. Mari kita pulang. Tugas kita untuk anak ini sudah selesai. Aku adalah abu yang bersemat didahinya. Kau jugakan yang menginginkan bertemu denganku? Sekarang kita sudah bertemu, bukan? Tidak salahkah aku?" Maka menangislah si Kehidupan bahwa dia tidak bisa menyelamatkan nyawa si gadis tersebut dan hanya mementingkan egonya semata.
Meratap dan menangis hanya itu yang bisa dilakukan si Kehidupan kepada gadis itu. Dia berdosa terhadap Tuhan karena tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Dia memohon ampun pada Tuhan dan meminta padaNya untuk menghidupkan kembali gadis itu. Tetapi, Tuhan tak meninginkan hal itu terjadi. Dia menginginkan si Kehidupan bertukar posisi dengan si Kematian dan begitupun sebaliknya.
Ratap, tangis itu hanyalah gambaran semata. Ketika kematian bertemu saudarinya lagi, Ingatlah saat itu juga nyawamu dipertaruhkan oleh keegoan si Kehidupan
-Sharon-
Comments
Post a Comment