Masih terngiang dalam bayanganku soal lagu Barasuara yang berjudul Taifun. Aku akan membahasnya dalam pola pikirku yang agak absurd ini
"di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari. Tawamu lepas dan tangis kau redam di dalam mimpi yang kau simpan sendiri."
Terkadang badai itu menahan kita untuk berlari menuju tujuan kita bahkan membelenggu kita sampai tertawa dalam "gua" yang kita olah sendiri. Oh lalala, manusia itu rupanya...
"sumpah serapah yang kau ucap tak kembali."
Saking mereka tidak jernih berfikir sampai mengumpat kepada orang lain padahal harus mereka tunjukkan kepada diri mereka sendiri? Tidak jernihnya kita kepada otak kita sendiri
"semua harap yang terucap tak kembali."
Atas nama "pelarian" mereka mengucap harap harap yang tak berisi dan bermakna. Setelah itu mereka tertawa lagi dalam "gua" yang mereka buat. Mereka teriakkan kencang-kencang dan pergi begitu saja kata katanya
ketika hidup itu penuh dengan ujian sampai ada baitnya yang berkata
"saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu, kau menari dengan waktu tanpa ragu yang membelenggu."
Separah itu kah manusia? Sampai tidak bisa menerima ''taifun'' yang ada? sampai membuang siapa dirinya sebenarnya?
"di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari. Tawamu lepas dan tangis kau redam di dalam mimpi yang kau simpan sendiri."
Terkadang badai itu menahan kita untuk berlari menuju tujuan kita bahkan membelenggu kita sampai tertawa dalam "gua" yang kita olah sendiri. Oh lalala, manusia itu rupanya...
"sumpah serapah yang kau ucap tak kembali."
Saking mereka tidak jernih berfikir sampai mengumpat kepada orang lain padahal harus mereka tunjukkan kepada diri mereka sendiri? Tidak jernihnya kita kepada otak kita sendiri
"semua harap yang terucap tak kembali."
Atas nama "pelarian" mereka mengucap harap harap yang tak berisi dan bermakna. Setelah itu mereka tertawa lagi dalam "gua" yang mereka buat. Mereka teriakkan kencang-kencang dan pergi begitu saja kata katanya
ketika hidup itu penuh dengan ujian sampai ada baitnya yang berkata
"saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu, kau menari dengan waktu tanpa ragu yang membelenggu."
Separah itu kah manusia? Sampai tidak bisa menerima ''taifun'' yang ada? sampai membuang siapa dirinya sebenarnya?
Tak kala mereka berubah demi mengikuti taifun yg ada ;)
ReplyDelete