Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Dari sudut mataku

Namaku Kristian Narendra Prajadiputra. Panggil saja aku Kris. Aku adalah makhluk yang diciptakan Tuhan untuk hidup tidak terikat dengan siapapun. Tapi ada satu yang membuatku terikat yaitu seorang makhluk yang dibentuk Tuhan berdasarkan tulang rusukku dan berlapiskan bunga dan dedaunan. Halus raga dan jiwanya. Namanya adalah Shareena Dvisagitha Lesmana. Bidadari yang bermain biola dari surga dan berrambut ombak ini diturunkan Tuhan untukku. Tak pernah ku rasakan bahwa dia sangat tegar. Bahkan dalam cobaan sesakit apapun. Sungguh dia adalah Srikandi dalam lapisan bidadari. Tapi, seribu maaf aku utarakan. Aku menemukan bidadari lain, yang ini rapuh jiwanya. Kutemukan dia dalam ilalang dan padang rumput sedang tertawa senang diatas penderitaannya. Namanya Anggita Deana. Sampai aku mengejarkan dan aku putuskan untuk menjatuhkan hati ke hadapannya, awalnya yang ada hanyalah penolakan. Aku sadar Srikandi yang ini sangat serius memilih siapa Arjunanya namun aku hanya inginkan dia. Pada akhirn...

Saudariku kematian

Ada yang namanya kehidupan dan kematian. Mereka berdua bersaudara. Suatu hari, si Kehidupan disuruh berpisah oleh Tuhan. Kehidupan diutus untuk menemani seorang gadis kecil dan sedihlah hati si Kematian.  Sebenarnya, Kehidupan ini adalah polos adanya. Dia tidak tahu menahu. Dia bahkan tidak ingin berpisah dengan kematian. Dia tetap menjalankan tugasnya, menemani gadis kecil itu sambil mencari si Kematian. Tapi yang dia temukan malah yang bernama Kegembiraan, Keakraban, Kesedihan. Dia tidak menemukan si Kematian. Sedihlah hati si Kehidupan.   Pada suatu hari, di hari Rabu Abu. Si Kehidupan menemani gadis kecil itu untuk menerimakan abu yang berarti tanda sesal atas dosa nya selama ini. Si Kematian yang sudah lama tidak bertemu si Kehidupan tidak peka sama sekali kalau tadi dia bertemu saudarinya. Alhasil, dahi gadis itu bersemat abu. Akan tetapi feeling si Kehidupan bahwa dia merasa saudarinya hadir. Dia datang lagi. Tapi si kehidupan mengabaikan hal itu. Sampai a...

Abu

Hari itu adalah Rabu Abu Ketika aku berada di atas bumi Diantara Surga Dunia dan Eden Aku melakukan banyak hal Ruangan ini besar Kosong Hampa Aku tak bisa melihat Tolonglah, bisakah tunjukkan padaku itu apa? Aku merasa buta Aku merasa sendirian Aku merasa kedinginan Tolonglah, Siapapun juga tolong aku! Aku ingin berteriak Aku ingin berlari Aku ingin meratap Tuhan, Dengarlah seruanku! Abu Aku menerimakan abu Diatas dahi Diantara pikiranku Ketika aku menerimakan Aku hanya terdiam Berdoa Tuhan tolong terima sesalku 40 Hari lamanya aku bergumul Dalam hampa Dalam ruang kesedihan Menyesali dosaku Bapa Engkau berkata Padaku "Ingatlah, Kau debu dan akan kembali menjadi debu!" Aku hanyalah seonggok debu di kakiMu, Bapa Aku sedih Bapa Bapa Tolong terimalah aku Sebelum aku kembali menjadi debu Segala sesalku Bapa Aku inginkan pertobatan dariMu Ampunan dariMu Sebelum aku kembali ke rumahMu Bapa -Sharon-

Semua Telah Berlalu

Hari ini Hari Sincia Aku si meimei kecil yang dulu Sekarang sendirian Ditinggal orangtua Dulu waktu aku kecil Aku dikenakan baju Cheongsam Rambutku dikepang persis Putri Cina Banyak yang memujiku dan memberiku uang Tapi hari ini, Aku duduk terdiam Termenung di depan Laptop Iya komputer lipat itu Aku hanya duduk diam dan menanti Aku, Mei-mei yang suka menangis apabila melihat Barongsai datang Yang selalu ber paipai ria dengan Popo, Papa dan Mama, Tante dan Om. Kehangatan yang kurindukan semua sirna Menjadi kedinginan yang berarti Aku tertutup malam ini Pagi ini juga Aku menangis Saksinya hanyalah hujan Kuah misoa pagi itu pun mengetahuinya bahwa aku tak berminat bersamanya Merah Pergilah dirimu! Aku tak ingin merasakan hari ini. Aku hanya ingin bersama biru tuaku Menghabiskan 24 Jam ini Tanpamu Merah! -Sharon-

Untuk Lelaki yang Berada Disana

Malam ini malam minggu Aku sendirian Tiada yang menemani Aku mau ada yang menemani Menemaniku sepenuh hati Tanpa memandang kekuranganku Ketika aku memandang dirinya Aku inginkan darinya hatinya yang tulus Walaupun hanya menatap dengan foto Aku harap dirinya mengerti Ketika malam ini aku terduduk Menatap langit Banyak bintang Seperti rasaku padamu Angin semilir yang bersahabat Menghantar rasaku padamu Aku harap angin memberi tahuku tentangnya Akankah dia tahu? Andai dia tahu siapa dia Mungkin aku malu Mungkin dia tak senang Tapi rasaku lebih dari mawar yang tumbuh Aku adalah Prajnaparamita Engkaulah Amurwabhumi-ku Semua tulisan Rangkaian kata Semata-mata hanya untukmu Arokku Dedes padamu Arokku -Sharon-

Kosong

Hari ini aku kosong Bagaikan gelembung udara Pecah dan bulat Tetapi tipis. Aku tak tahu mengapa otakku tersendat Berhenti berkarya Tulisan tulisanku Sampah otak dan hatiku Semuanya.... Ah... aku inginkan ide Segar mengalir bagaikan air dari Puncak Pangrango Oh Tuhan... Aku merindu Bogor Tempat yang memberiku sejuta inspirasi Ditemani daun rontok dari pohon pinus dan kamboja Bukan lampu-lampu dan gedung raksasa ini Aku ingin kembali Kembali pada syahdunya alam Kepada syahdunya udara Kepada kolong langit yang melahirkanku Dan alam yang berkosmologi denganku -Sharon-

Jalan Hidup berbanding dengan Jalan Pikiran

Ketika aku menulusuri Jalan Pikiranku Aku menemukan banyak doktrin Berserakan di dalam otak ini Seonggok daging yang hanya mampu menerima dan memeras! Aku melihat jalan hidupku Berkelok berliku tajam Aku hanya mengikuti Let It Flow ujarku Berbalik lagi pada jalan pikiranku Aku yang menuntut Hanya menuntut Bukannya membuatnya longgar tambah membuatnya ketat Jalan hidupku tidak sesuai jalan pikiranku Hei, aku ini mau sesuai jalan pikiranku Menurutlah sedikit Bisa? Tertawa diantara penderitaan Tersenyum diantara kekangan Menyedihkan diri melihatku Tulang yang dibungkus daging dan kulit berkelana Apa itu semua doktrin di otakku? Buang sana jauh jauh Hanyalah teori semata Jempol kaki saja tak lebih dari dia Ketika aku melihat lagi jalan hidupku Ini mungkin adalah harta terindahku Kebebasanku, kebahagiaanku, keceriaanku Hadiah dari Tuhan padaku Nikmati saja Doktrin itu hanyalah penyemangatmu dikala liku tajam kau lalui Pikiranmu tak akan memberontak tanpa sepengetahuan hatimu Dia hanyalah se...

Tarian Tangan dan Pikiran

Letakku bukan dibumi Letakku bukan diatas tanah Tapi setidaknya Mengapa Dia memberiku nyawa dan tubuh?  Ku kira aku melayang Dari Merkurius sampai ke Neptunus Atau dari Bimasakti ke Andromeda Atau aku masih ingin di dalam Sriwedari dipangku olehNya?  Kenapa Dia memberiku kepercayaan? Aku tak humanis macam Bunda dari Kalkuta itu Aku tak perfeksionis macam Si Kumis tipis Nazi itu Aku tak idealis seperti Si Proklamator dari Blitar Aku hanya gadis Gadis remaja yang mendut jiwanya Diguncang angin dan badai Menangis selalu Tertawa pun jarang Mau tersenyum ada waktunya Rambutku tak bagus Cantik juga tidak Apa yang bisa ku banggakan dari tulang berbungkus kulit ini? Sehingga aku diberi nyawa? Diberi kesempatan untuk mencintai dan dicintai Apa aku harus Humanis? Perfeksionis? Manuskrip tak pernah menjelaskan aku sempurna  Tiada satu tulisan yang menyebut namaku Dunia melihat aku sebagai butiran tanah Aku bukan si hebat Bukan si sempurna Bukan yang mengi...

Maaf

Terkadang maaf itu sulit meluncur Hatiku membeku Mulutku terkatup Desir angin menusuk punggungku   Diam Jam berdetik Lonceng gereja berbunyi Sudah jam 6 sore  Aku duduk diam Di taman kita bertemu dulu Berharap kau temaniku Berharap kau mendengarkan ceritaku Tapi semua berubah Es itu datang Membekukan hatiku Sampai suhunya dibawah - Sejak kau tinggalkan aku Aku merasa sepi Mencari yang lain Aku tak mampu Payahkah aku? Aku menanti sinarmu Agar mencairkan hatiku Salah? Ketika laba laba menenun jaringnya Sedangkan aku diam Mataku menerawang Akankah kita bisa seperti dia? -Sharon-

Segelintir Kisah Hampa

Namaku Rena. Lengkapnya adalah Shareena Dvisagitha Lesmana. Aku akan berkisah mengenai perasaanku padanya. Tak ku sangka aku bertemu dengannya, dibawah malam yang berhiaskan bintang tanpa bulan. Wajahku datar, lurus tak berporos. Aku hanya menemani kawanku dan kesenanganku semata. Nasibkah? Aku bertemu denganmu yang bernama Kristian Narendra Prajadiputra. Pertemuanku dengannya hanyalah lakon drama tak lucu yang pernah ku perbuat. Bagaimana bisa aku mengenalnya dengan menangkap bahwa dia adalah sahabatku waktu SMP?   Kebencian, keresahan hati yang tampak yang ku tau tentangnya. Kalian tahu? Bahwa dia adalah saudara orang yang ku suka? Bukankah itu suatu kekonyolan yang sangat konyol? Dapat ku simpulkan bahwasanya dunia ini sempit. Tak terasa lama sudah kami berkawan. Tapi aku merasa, ada kelompak bunga menghujam jantungku ketika itu. Rasanya hangat dan manis. Aku merasa aku telah jatuh hati. Aku seakan menyandarkan hatiku padanya. Namun apa yang terjadi?   Hari itu...