Saya mencoba menulis ini. Atas nama rindu-rindu yang sudah pernah saya tulis sebelumnya di post saya kali ini saya menjabarkan kenapa post saya mengenai rindu itu terlalu panjang dan lebar serta tinggi
Sekali lagi, saya pribadi mengartikan rindu adalah suatu rasa. Rasa mengingini sesuatu dari jauh sana secepatnya sangat sangat cepat datangnya hingga mampu mengubah diri saya sepersekian detik. Jujur saja rindu itu capek! Saya mencoba mengartikan lagi rindu itu adalah capek yang ya menurut saya itu adalah capek yang mengenakan hati. Saya bisa tertawa, bisa semangat, bisa tersenyum, bisa bersyukur hal sekecil apapun dan saya merasakan semua itu apabila saya merindu.
Tapi, tak terkadang juga rindu itu menyakitkan seperti menancap sembilu di ulu hati saya. Tidak jarang juga saya diam, menangis, meraung, meratap, ingin cepat berlari. Semua itu sudah khatam yang saya rasakan kepada satu orang yang selalu saya rindukan. Terpaut jarak jauh membuat saya merasakan terkadang pahit manis itu bisa bersatu tanpa nama dalam reaksi kimia tubuh manusia.
Menggetarkan hati saya rasa.
Menempa hati juga saya. Saya resah terpisah di tempat yang jauh tanpa dirinya, banyak godaan saya alami. Jujur teramat jujur saya sudah selesai mengatasi godaan itu dari ujung kepala ujung kaki sampai ke dalam mata batin yang tak dapat saya teropong jelas dengan kedua mata sipit saya ini.
Memintanya untuk kemari?
Bagi saya itu hanya mimpi, hanya angan yang terbang tinggi melebihi ketinggian sebuah pesawat di 38.000 kaki. Dia sudah pergi dan saya juga pergi. Seakan kita berdua sudah tahu bertemu tetapi tidak memungkiri kalau kita sudah bertemu satu sama lain. Semesta sudah mempertalikan kita dalam benang merah tetapi kita sendiri yang mengikatnya sehingga menjadi kusut tak beraturan.
Nasib atau tidak?
Jawaban saya TIDAK. Pertemuan diciptakan oleh manusia dan diamini oleh semesta dan diakhiri oleh semesta dan diamini oleh manusia. Semua selalu ada akhirnya, termasuk rindu itu. Rindu yang tidak berkesudahan adalah cinta sejati yang tak kunjung hilang. Cinta yang ilahi dari Sang Maha Mencinta, entah apapun wujudnya. Siapa manusia yang dapat memungkiri apabila semesta sudah berkehendak? Siapa pula manusia yang memungkiri apabila adanya perpisahan diantara keturunan Adam dan Hawa ini? Siapa pula manusia yang dapat mengamini adanya perpisahan? MANA ADA MANUSIA INGIN MENGAMINI PERPISAHAN ITU. maaf saya tekan sekali lagi, TIDAK ADA. Kalau pun manusia mengamini itu dan lagi semesta bertindak, menguras energi manusia dalam-dalam tetapi semesta hanya mengedipkan mata saja dan WHOOPPP terjadilah itu semua.
Percaya atau tidak, Rindu itu indah!
Sekali lagi, saya pribadi mengartikan rindu adalah suatu rasa. Rasa mengingini sesuatu dari jauh sana secepatnya sangat sangat cepat datangnya hingga mampu mengubah diri saya sepersekian detik. Jujur saja rindu itu capek! Saya mencoba mengartikan lagi rindu itu adalah capek yang ya menurut saya itu adalah capek yang mengenakan hati. Saya bisa tertawa, bisa semangat, bisa tersenyum, bisa bersyukur hal sekecil apapun dan saya merasakan semua itu apabila saya merindu.
Tapi, tak terkadang juga rindu itu menyakitkan seperti menancap sembilu di ulu hati saya. Tidak jarang juga saya diam, menangis, meraung, meratap, ingin cepat berlari. Semua itu sudah khatam yang saya rasakan kepada satu orang yang selalu saya rindukan. Terpaut jarak jauh membuat saya merasakan terkadang pahit manis itu bisa bersatu tanpa nama dalam reaksi kimia tubuh manusia.
Menggetarkan hati saya rasa.
Menempa hati juga saya. Saya resah terpisah di tempat yang jauh tanpa dirinya, banyak godaan saya alami. Jujur teramat jujur saya sudah selesai mengatasi godaan itu dari ujung kepala ujung kaki sampai ke dalam mata batin yang tak dapat saya teropong jelas dengan kedua mata sipit saya ini.
Memintanya untuk kemari?
Bagi saya itu hanya mimpi, hanya angan yang terbang tinggi melebihi ketinggian sebuah pesawat di 38.000 kaki. Dia sudah pergi dan saya juga pergi. Seakan kita berdua sudah tahu bertemu tetapi tidak memungkiri kalau kita sudah bertemu satu sama lain. Semesta sudah mempertalikan kita dalam benang merah tetapi kita sendiri yang mengikatnya sehingga menjadi kusut tak beraturan.
Nasib atau tidak?
Jawaban saya TIDAK. Pertemuan diciptakan oleh manusia dan diamini oleh semesta dan diakhiri oleh semesta dan diamini oleh manusia. Semua selalu ada akhirnya, termasuk rindu itu. Rindu yang tidak berkesudahan adalah cinta sejati yang tak kunjung hilang. Cinta yang ilahi dari Sang Maha Mencinta, entah apapun wujudnya. Siapa manusia yang dapat memungkiri apabila semesta sudah berkehendak? Siapa pula manusia yang memungkiri apabila adanya perpisahan diantara keturunan Adam dan Hawa ini? Siapa pula manusia yang dapat mengamini adanya perpisahan? MANA ADA MANUSIA INGIN MENGAMINI PERPISAHAN ITU. maaf saya tekan sekali lagi, TIDAK ADA. Kalau pun manusia mengamini itu dan lagi semesta bertindak, menguras energi manusia dalam-dalam tetapi semesta hanya mengedipkan mata saja dan WHOOPPP terjadilah itu semua.
Percaya atau tidak, Rindu itu indah!
kata orang rindu itu indah. namun bagiku ini menyiksa~
ReplyDeleteInspirisi dari Bimbang - Melly Goeslaw
Delete