Hari ini sudah memasuki tahun 2021. Aku mengeluarkan keisenganku untuk menulis lagi. Selamat datang di duniaku kembali. Dunia tulis menulis yang sebenarnya yang sudah kugeluti sejak SMA.
Hari ini aku berjalan. Niatnya aku pergi ingin mengambil makanan namun karena jalan yang cukup jauh aku jalan sambil mengamati gedung gedung sekitarnya. Ku rasa sudah tidak asing lagi berada di dalam gedung dan ruangan ini. Mulai dari daerah Menteng. Daerah Menteng adalah salah satu daerah yang aku dapat katakan itu adalah comfort zone ku. Membayangkan aku berjalan tiap pagi, sore duduk di rumah yang memiliki ventilasi udara baik dengan arsitektur tua khas Belanda meskipun ada beberapa rumah yang sudah bergaya modern. Aku sangat menyukai daerah Menteng dan sekitarnya. Pernah dulu, aku bermimpi untuk memiliki rumah di Menteng. HAHAHA semoga terwujud!
Berlanjut ke Menteng Raya. Tempatku dulu menginjakkan kaki menuju "dunia lain" yang berbeda dengan duniaku. Aku mengenal pertemanan baru dalam bentuk yang berbeda. Tempatku pula pertama kali "menggambar" cita-citaku. Banyak kenangan masa muda yang tidak pernah terlewat disini mulai dari nonton pertandingan, nonton konser, hingga menonton universitas presentasi. Aku menonton presentasi calon kampusku waktu itu berdiri di aula dekat pintu karena ruangannya terbatas dan peminatnya banyak. Aku terpikir "wah sulit masuk kampusku" ternyata time flies dan 2 minggu lagi aku akan keluar dengan status baruku sebagai alumni.
Lewat dari Menteng Raya, aku melihat stasiun Gambir dan Galeri Nasional. Galeri Nasional adalah salah satu tempat favoritku menghabiskan waktu luang. Melihat berbagai macam karya dan instalasi lalu terdiam membaca deskripsinya dan memotretnya. Dulu kesukaanku selain melihat aku juga memotret punggung belakang orang yang sedang melihat karyanya lalu aku simpan sebagai kenanganku. Ketika ku buka lagi, aku merindukan setiap setiap orang yang menemaniku kesini sekedar melepas penat dan lelah sambil menerka nerka kira-kira apa ya maknanya
Sampai jua ke Jalan Juanda. Jalan yang selalu ku lewati sehari-hari, mulanya aku merasa ini hanya jalan normal yang aku lalui namun aku merasa ternyata lebih dari itu rupanya. Namun, saat ini ternyata tidak. Jalan itu menyimpan sejuta kenangan bagaimana rasa senang, sedih, kecewa, gembira, lelah menjadi satu. Jalan mungkin hanya jadi saksi bisu tapi bukankah saksi bisu adalah saksi paling kuat atas setiap perkara hidup?
Masuk ke dalam Jalan Juanda ada namanya Jalan Batutulis. Matahari siang dan senja akrab berkawan denganku di jalan itu. Rasa panas menusuk tulang dan sendiri kerap menghantu. Diam di mulut namun hati dan otak berbicara menemani dan mencerna serta coba interpretasi makna setiap senja itu apa. Tak hanya matahari kadang pun angin malam juga turut mengiringi menegur dahan pohon menyapa dalam gemerisik diam sebelum aku tidur. Mengucapkan selamat tidur dalam hening dan berharap dibuai sampai esok pagi. Di dalam kamar asramaku, aku menggantungkan harapanku, inginku, asaku, hingga memendam cintaku dalam bantal dan guling. Cinta dalam kata yang tak terucap dan isak yang menyatu hingga menjadi mimpi.
Tak jauh dari Batutulis ada jalan namanya Jalan Pos. Jalan dimana segala gelak tawa tangis lelah dan lain sebagainya menyatu menjadi satu. Membentu diri yang kurang peka untuk merefleksikan tiap-tiap bagian hidup dan mendukung minat untuk terus bermimpi dan menari di atas bintang. Meja kayu, post satpam, bangku panjang, mangkuk mie, koran kompas, tts, seragam putih, kaos kaki panjang, sepatu tua, rok kotak. Rasanya kata demi kata menari di atas tinta Sarasa dan planner starbucks menyampaikan tiap tiap rasa dan pikiran. Senang rasanya melihat mereka tersenyum dan menari. Salah satu bagian dalam diriku rasanya yang bisa berguna bagi banyak orang.
Terakhir, aku tersadar aku sudah di daerah Tjikini. Aku berharap suatu hari dapat melewati daerah Tjikini dengan sukatjita dan tentunya tanganku sudah tak bergandengan dengan angin lagi. Aku menyadarinya walaupun dulu aku termasuk jarang pergi ke daerah sini namun dulu ada seseorang yang berusaha menggantungkan mimpi dan harapannya disini dan tentunya di daerah Tjikini ada tempat hiburan murah meriah yaitu bioskop. Bioskop itu banyak juga menyimpan saksi bisu dari pikiran anak muda yang meraih cita dan cinta.
Lalu tiba sudah di Jalan Madiun sudah terlihat jembatan. Artinya, aku harus kembali ke kenyataan bahwa waktu memang tidak dapat diputar tapi dapat dirasakan maknanya dan perannya. Terima kasih kepada kalian yang membawaku ke dalam kenangan indah. Ya seperti biasa, kata-kata ini tulus keluar adanya dan malam jadi saksinya.
Sekian
Comments
Post a Comment