Skip to main content

Kunci Hati

kali ini setiap kata dari Yogyakarta itu punya arti

Sekali lagi punya arti

Mungkin kalian disini para readers bertanya kenapa aku terlalu cinta dengan kota Yogyakarta? sementara sebagian perempuan muda sepertiku lebih suka dengan Bali dan hirur pikuk gemerlapnya lampu disko dan lantai disko serta asap kepulan rokok maupun sisha yang memenuhi ruangan dengan bau-bauan yang agak khas.


mungkin kalian semua berpikir kenapa aku begitu tergila-gila akan indahnya kota tua yang menyimpan segudang budaya yang terbuka lebar. Intinya adalah satu, cinta. Banyak cinta dan kenangan yang aku dapat selama berada di Jogja, seluruh atmosfernya, dan aku akan berkisah mengapa aku memantapkan hatiku memilih kota Jogja.


Pertemuanku dengan kota ini bermula ketika liburan kelas 5 SD ku dulu. Aku menjadi traveler yang "sejati serta berjuang dengan hati." Aku berjalan berhubung tempat tinggalku waktu itu di Malioboro, menyusuri jalan demi jalan, riuh riuh pedagang menawarkan barang jajanan unik nan antik yang tidak pernah ku temui selama berada di kota kecilku dulu. Aku mengamati seluruh barang yang berwarna-warni, unik dan berbeda. Saking banyaknya pedagang, aku mengamati ini seperti jalannya para pedagang hingga sampai di Alun-Alun Selatan Keraton atau lebih akrab dengan alkid dimana ada dua beringin kembar yang tegak berdiri serta lapangan yang luas. Waktu itu di seberangnya ada Gedung Taman Budaya yang menyajikan Pameran Indonesia dan Meksiko dalam bentuk foto dan aku langsung terkesima. Mungkin kalian akan bertanya memangnya anak sekecil itu sudah mengerti? Entahlah, itu hanya intuisiku yang bersuara.

Selain menikmati indahnya lukisan, aku tak lupa juga untuk memuji kepada Tuhan karena aku mendapat ranking yang bisa dikatakan cukup bagus meskipun bagi aku pribadi sendiri itu tidak bagus tapi harus berdoa serta menyertakan hati untuk melangkah ke kelas yang baru. Yang kususuri saat itu adalah Gua Maria Sendang Sono, Makam Rm, Van Lith di Magelang (ini akan membawa saya kepada suatu kepercayaan doa akan saya akan terkabul sampai sekarang). Melangkahkan kaki mengenal kebudayaan Jawa dalam sebuah batu nisan dan mulut ke mulut penduduk sekitar. Rasa itu sulit diterjemahkan dengan kata-kata.

Berlanjut dengan setiap tahunnya aku pergi ke Yogyakarta dan berhenti di tahunh 2014. Ketika itu aku menyampaikan ucapan syukurku karena telah lulus SMP serta diterima di SMA yang aku ingini saat itu. Waktu itu aku sudah tidak menginap lagi di Malioboro tetapi di tengah kota tepatnya di sebelah Pesanggrahan Ambarukmo. Disana aku masuk dan merasakan hawa yang sebenarnya mengenakan menentramkan hati setiap jiwa yang masuk kesana. Waktu itu aku ditemani adik angkatku yang tertjinta yang lebih dulu menetap di Yogyakarta dan sekolah di sekolah yang cukup terkenal di Yogya saat itu. Hati pun sedikit berdesir mengetahui keberdaanku saat itu dimana. Aku mencari kemana sebenarnya hati ini dibawa.

Ketika itu satu tahun yang lalu (2015),

Aku berada dalam lingkaran cinta, ketika itu aku masih di Jakarta, masih dalam kesibukkan sebagai seorang siswi sekolah menengah atas di Jakarta. Kakiku tidak ringan melangkah, kakiku semakin berat untuk berjalan. Lupa caranya untuk berdiri, lupa caranya juga untuk duduk. Aku benar-benar mirip robot yang memiliki jiwa. Aku suka berbincang tentang memori itu. Masa laluku yang cukup indah. Aku berkenalan dengannya, terpaut atas 530 km dihantar sebuah pesan singkat, maklum kami remaja kekinian bisanya memanfaatkan media sosial dalam gawai kami masing-masing. Hati itu masih belum nampak mengembang dan mengempis. Masih seperti muda mudi layaknya kami berbicara, bercengkrama seakan hidup ini tidak ada yang sedih. Tapi, entah mengapa aku merasa bunga gladiol berhambur di jiwaku terus berhembus terus terus berterbangan sana sini tak menentu arah sehingga hari-hari dengannya terasa lengkaplah jiwaku. Ya, lengkap dengan kehadirannya. Ia letak penentu senyum manisku kemana harus berlabuh. Aku terus memikirkannya seakan ia adalah radar bagiku, tiada tentu arah aku terus mencari siapa dia sebenarnya. Ku gali lebih dalam dan aku menemukan, Ia adalah penebar bunga gladiol di jiwaku. Telah ku temukan dan aku bersumpah akan mencinta. Melalui hari-hari bersama dengan jembatan pelangi tidak peduli langitnya biru atau abu bagiku setiap hari langit waktu itu penuh dengan pelangi. Gawai menyatukan dua hati yang sebenarnya mustahil untuk bertemu. Terimakasih gawaiku

Namun naas, aku harus mengakhiri semuanya. Ketika itu bunga gladiol yang tumbuh perlahan melayu karena ditinggalkan sang empu, lupa disiram, sampai lupa diperhatikan. Aku terus-terusan berharap dalam benci dalam gundah. Duh Gusti, aku kudu piye? Aku tau aku takkan marah kepadanya tapi sepakat dalam kasih yang pernah ku kenal. Cinta tak pernah menuntut. Dia pujangga cinta yang lupa akan jujurnya hati masing-masing. Mungkin Ia berdusta kepada semesta? entahlah aku tak mau ambil pusing soal itu. Aku tahu dan mengetahui dengan jelas hatiku jujur padanya. Dalam ruam masa suram itu, Ia muncul menawarkan bunga yang baru. Aku menerimanya tetapi rasanya ini sungguh ganjil. Aku merasa kita berreinkarnasi menjadi sesosok orang yang tak pernah bertemu sebelumnya. Seakan mesin waktu me-reset pikiran kita, begitulah hari-hariku kemudian. Kita seperti kembali di awal kita bertemu hingga kita memutuskan untuk bersama lagi.

Hari-hari yang aku harapkan akan tibanya pelangi itu mulai menyuram mengingat aku menjejakkan kakiku di kotamu, Yogyakarta. Aku ingin bertemu dalam keterbatasanku, aku ingin membuka hati yang kau kunci dan kau buang itu. Akan tetapi, berakhirlah pencarianku. Nihil dan mustahil kita tak bertemu. Begitulah cinta, penuh ironi tajam.

Maka dari itu, aku sangat percaya, Ia membuang kunci hatiku di kotanya sendiri karena setiap kali aku menunjuk ke Yogyakarta, hatiku selalu minta dicarikan kuncinya? Pertanyaannya adalah mengapa dia mengunci hatiku di Yogya? Apakah Ia tidak jujur kepada semesta bahwa Ia masih cinta?


Comments

Popular posts from this blog

SMA Santa Ursula Jakarta (masuk dan apa aja ada disana)

HAIII.. Balik lagiii.. Sesuai janjiku tadi mau bahas tentang Sanur nih yaudah deh aku bahas kali-kali aja ada adek kelas yang tertarik masuk sekolahku ini SMA Santa Ursula located on Jalan Pos no 2 Jakarta Pusat which is kalau temen-temen liat ini letaknya bener bener strategis banget sebelahan sama kantor pos dan katedral dan seberangan ama lapangan banteng. Biar gampang diinget nama sekolah ini adalah Sanur. Jadi ga ada alasan lagi dong buat susah nyari SMA Sanur dimana ehehehehehehe!!!!. Tentunya sekolah ini merupakan sekolah peninggalan Belanda karena dibangun pada tahun 1859. Kebayang ga sih tuanya sekolah ini dan tentunya sekolah ini masih eksis sampe sekarang dimana umurnya udah 158 tahun (terhitung sejak postingan ini dibuat) sudah banyak menghasilkan beberapa alumni hebat diantaranya adalah Martha Tilaar, Prof Astrid Susanto (yang sering baca buku sosiologi pasti tau), Merry Riana, Ria Sarwono (Founder Cotton Ink), Meutia Hatta (Menteri Pemberdayaan Perempuan di era SBY) dan...

semua tentang SBMPTN 2017 (serta jalur mandiri PTN)

HALOOO.. balik lagi sama Dita.. Sebelumnya aku mau ngucapin "Selamat Tahun Baru 2018" kepada semua pembaca setia blog aku yang fana ini *aish dan semoga kiranya tahun ini diberikan kesempatan berlipat ganda dengan diwarnai keceriaan selalu. Hari ini tepat launchingnya website yang diidamkan oleh sebagian besar siswa-siswi SMA di Indonesia yaitu SNMPTN dan SBMPTN. Okayy.. sebelum lanjut apa sih SNMPTN dan SBMPTN itu? Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah suatu sistem seleksi yang dipergunakan oleh seluruh PTN di Indonesia dengan menggunakan NILAI RAPORT siswa tersebut sebagai acuan untuk masuk atau tidaknya ke sebuah PTN. Jadi gini aja deh bayangannya ini jalur non test yang disediakan pemerintah untuk masuk PTN tapi kuotanya juga sedikit (tergantung kebijakan PTN). Biasanya yang daftar adalah mereka yang nilainya bagus secara akademis. Jalur ini aku gak ambil karena aku gak masuk dalam 50% terbaik paralel sejurusan SMA ku dulu (ya dulu aku ga pint...

What ye gonna do? - Refleksi Semester 5 di Santa Ursula

Hi semua... Postinganku kali ini mungkin agak berkisah tentang yang sudah-sudah. Menjadi peringatan pula karena sudah semester 5 aku bersekolah di sekolah homogen yang tercinta yaitu Santa Ursula. YAY! Pada banyak yang nanya kenapa aku mau masuk sekolah yang cewek semua isinya? Hmm.. Simple sebenarnya mau jadi lebih cewek aja totally kayak cewek yang anggun, lemah gemulai, kalem, etc. POKOK E CEWEK PERFECT! Lalu aku bertekad buat masuk ke Sekolah Santa Ursula di Jakarta Pusat. Awal masuk sekolah ini aku cukup terkagum mengingat ini bangunan tua banget cuma dipugar dan tampak aslinya masih bertahan wow! dan karena separuh keluarga aku lulusan disini dan mereka semua mostly memang pintar jadi aku bertekad buat masuk kesini. Segala test aku jalani sepenuh hati dari test akademik sampai psikotest. Walhasil, aku diterima sebagai Siswi SMA Santa Ursula Jakarta dengan program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Hari pertama sekolah memulai Semester 1 ku, aku bener-bener lupa tujuan aku disini n...