Aku adalah aku yang selalu bermonolog. Suatu hari, mendung menyelimuti hariku. Baru saja kubuka mataku, eh aku melihat sesuatu di layar ponselku
"aku rindu"
entah dari siapa nomor tak dikenal. Sekejap aku tekan tombol "delete" dan terhapuslah pesan itu. Karena hari masih mendung, aku malas keluar kamar. ku tarik selimutku lagi.
Terbuai mimpi pun belum, aku mulai memeras otak. Tertiba ada sebuah pesan lagi
"aku rindu padamu"
Dengan nomor yang sama
Siapa?
Aku bertanya dalam hati. Sejenak, ku buka jendelaku dan ku lihat hujan deras.
20 November 2015
"sudah?" ujar mamaku. Aku masih duduk diam di sofa, melihat boneka teddy bear kesayanganku tanpa mengindahkan omongan mama.
"Yuk sayang, udah yuk. Mama udah nunggu." tangan lelaki itu menggamitku dalam-dalam
"Sayang, malu loh. Udah gede." dia masih memaksaku
Aku tetap tak bisa mengalihkan pandanganku itu kesana. Terserahmu. batinku berkata demikian
"Dip, liat deh kenapa dia?" mamaku membujuk lelaki itu
"Mam, kalau mau duluan aja." lelaki itu menyuruh mamaku mendahuluinya
Aku melihat dia tetap duduk disampingku. Memegang tanganku malah ku tarik
"Kok sensi sih?" dia berusaha menatap mataku
"Gapapa." jawabku singkat
"Kenapa gamau pindah sayang?" tanyanya
Aku menatap matanya dalam-dalam
Karena ada kenangan disini
Dia adalah tunanganku. Tepatnya aku dijodohkan karena menurut kepercayaan keluargaku, aku harus dijodohkan agar kekayaan keluargaku tetap ada dan turun menurun dan lelaki yang beruntung mendapatkanku ini adalah anak dari keluarga jauhku yang bernama Aswangga Adipta Putrojoyo.
"Kenapa harus menatapku seperti itu, sayang?" tanyanya
"Ada yang mau aku beritahukan kepadamu."
Saat itu orang tuaku pergi ke rumah Dipta demi menyampaikan maksud dan tujuannya ini tetapi aku memilih tinggal karena tidak enak badan. Selagi itu, aku memiliki kekasih. Handaru namanya. Malam itu langit cerah bertabur bintang dan dengan iseng aku berkata
"Dar.. main ke rumahku. Sepi kesepian disini." ujarku
"Sek yo, aku selesaikan dulu tugasku baru langsung kesana. Mau minta dibawain apa?"
"Nasi padang biasa laper soalnya. Makasih dar."
Setelah dia tiba di depan rumahku, langsung ku buka pintu rumahku dan menarik tangannya masuk ke kamarku.
"Mau ngapain, rum?" tanyanya
"Temenin." ujarku
"Why? tell me baby."
"Aku mau dijodohkan."
Seketika itu juga dia menatap mataku dan memundurkan langkahnya sedikit.
"Dar. tunggu, Aku ga ada maksud apa-apa dar."
"Kita udahan aja"
"Dar, i could handle this. Dar, don't leave me alone like this." ujarku terisak
"No. You have to deserve it. So, leave me please."
Aku menarik badannya dan ku kecup bibirnya. Dalam, karena aku tak ingin kau pergi tinggalkanku.
"Stay here with me, baby." Aku berkata hal demikian
Akan tetapi, malang menimpa kami. Kami ketahuan berduaan di kamar oleh ayah dan ibuku. Hari itu juga Daru diusir dari rumah dan diusir dari hidupku
Mereka seenaknya mengganti Handaru dengan Dewangga yang tak ku kenal siapa dia. Mereka selalu seenaknya!
Hari tiba-tiba menjadi hujan dan Handaru pergi dari hidupku selamanya.
"Maaf aku harus mengatakan hal ini. Aku masih cinta sama Handaru." ujarku
Dia terdiam sejenak
"Boneka ini saksi cinta kami yang tersembunyi selama 3 tahun. Aku tak ingin ada yang mengambilnya dariku. Dia Handaru-ku" ujarku terisak
"Apa aku berbeda dengan Handaru?" tanyanya
"Pasti kau sudah tau jawabannya."
"Maafkan aku dan yang di dalam perutmu sayang."
"Tidak apa, manusia mutlak salah" ujarku
Selang beberapa bulan menginjak bulan ke-5. Anak itu memang ditarik oleh Tuhan dan Dewangga sedih besar. Dewangga tak menyangka hal itu akan terjadi dan aku mengalami depresi berat.
Keluarga Dewangga membatalkan niatnya meminangku karena alasan itu dan aku dimarahi habis-habisan oleh ayah dan ibu yang menyebabkan aku diusir dari rumah.
Begitulah cerita setahun kemarin dan hari ini aku akan menghubunginya
"Ya?"
Suara berat khas Handaru
"Daru." aku terisak di telepon
"Aku merindukanmu juga, Dar."
"Ku harap kita bertemu nanti. Hari ini jam 4 sore di taman."
Jam 4 sore di taman, ku lihat ada seorang ayah dengan anak menghampiriku.
"Dad, is it mommy?" ujarnya
Harus ku katakan, Handaru adalah ayah sekarang
"You can call me mommy if you want." aku menggendongnya dan menciumnya
Jadi? kamu sudah mendahuluiku?
"iya"
Jawabannya membuatku melemas. Kenapa harus? dan aku meninggalkan mereka dalam tangis.
Kenapa harus aku?
Namaku adalah Luhtitisari Dwinanta Ajinara dan ini kisahku
"aku rindu"
entah dari siapa nomor tak dikenal. Sekejap aku tekan tombol "delete" dan terhapuslah pesan itu. Karena hari masih mendung, aku malas keluar kamar. ku tarik selimutku lagi.
Terbuai mimpi pun belum, aku mulai memeras otak. Tertiba ada sebuah pesan lagi
"aku rindu padamu"
Dengan nomor yang sama
Siapa?
Aku bertanya dalam hati. Sejenak, ku buka jendelaku dan ku lihat hujan deras.
20 November 2015
"sudah?" ujar mamaku. Aku masih duduk diam di sofa, melihat boneka teddy bear kesayanganku tanpa mengindahkan omongan mama.
"Yuk sayang, udah yuk. Mama udah nunggu." tangan lelaki itu menggamitku dalam-dalam
"Sayang, malu loh. Udah gede." dia masih memaksaku
Aku tetap tak bisa mengalihkan pandanganku itu kesana. Terserahmu. batinku berkata demikian
"Dip, liat deh kenapa dia?" mamaku membujuk lelaki itu
"Mam, kalau mau duluan aja." lelaki itu menyuruh mamaku mendahuluinya
Aku melihat dia tetap duduk disampingku. Memegang tanganku malah ku tarik
"Kok sensi sih?" dia berusaha menatap mataku
"Gapapa." jawabku singkat
"Kenapa gamau pindah sayang?" tanyanya
Aku menatap matanya dalam-dalam
Karena ada kenangan disini
Dia adalah tunanganku. Tepatnya aku dijodohkan karena menurut kepercayaan keluargaku, aku harus dijodohkan agar kekayaan keluargaku tetap ada dan turun menurun dan lelaki yang beruntung mendapatkanku ini adalah anak dari keluarga jauhku yang bernama Aswangga Adipta Putrojoyo.
"Kenapa harus menatapku seperti itu, sayang?" tanyanya
"Ada yang mau aku beritahukan kepadamu."
Saat itu orang tuaku pergi ke rumah Dipta demi menyampaikan maksud dan tujuannya ini tetapi aku memilih tinggal karena tidak enak badan. Selagi itu, aku memiliki kekasih. Handaru namanya. Malam itu langit cerah bertabur bintang dan dengan iseng aku berkata
"Dar.. main ke rumahku. Sepi kesepian disini." ujarku
"Sek yo, aku selesaikan dulu tugasku baru langsung kesana. Mau minta dibawain apa?"
"Nasi padang biasa laper soalnya. Makasih dar."
Setelah dia tiba di depan rumahku, langsung ku buka pintu rumahku dan menarik tangannya masuk ke kamarku.
"Mau ngapain, rum?" tanyanya
"Temenin." ujarku
"Why? tell me baby."
"Aku mau dijodohkan."
Seketika itu juga dia menatap mataku dan memundurkan langkahnya sedikit.
"Dar. tunggu, Aku ga ada maksud apa-apa dar."
"Kita udahan aja"
"Dar, i could handle this. Dar, don't leave me alone like this." ujarku terisak
"No. You have to deserve it. So, leave me please."
Aku menarik badannya dan ku kecup bibirnya. Dalam, karena aku tak ingin kau pergi tinggalkanku.
"Stay here with me, baby." Aku berkata hal demikian
Akan tetapi, malang menimpa kami. Kami ketahuan berduaan di kamar oleh ayah dan ibuku. Hari itu juga Daru diusir dari rumah dan diusir dari hidupku
Mereka seenaknya mengganti Handaru dengan Dewangga yang tak ku kenal siapa dia. Mereka selalu seenaknya!
Hari tiba-tiba menjadi hujan dan Handaru pergi dari hidupku selamanya.
"Maaf aku harus mengatakan hal ini. Aku masih cinta sama Handaru." ujarku
Dia terdiam sejenak
"Boneka ini saksi cinta kami yang tersembunyi selama 3 tahun. Aku tak ingin ada yang mengambilnya dariku. Dia Handaru-ku" ujarku terisak
"Apa aku berbeda dengan Handaru?" tanyanya
"Pasti kau sudah tau jawabannya."
"Maafkan aku dan yang di dalam perutmu sayang."
"Tidak apa, manusia mutlak salah" ujarku
Selang beberapa bulan menginjak bulan ke-5. Anak itu memang ditarik oleh Tuhan dan Dewangga sedih besar. Dewangga tak menyangka hal itu akan terjadi dan aku mengalami depresi berat.
Keluarga Dewangga membatalkan niatnya meminangku karena alasan itu dan aku dimarahi habis-habisan oleh ayah dan ibu yang menyebabkan aku diusir dari rumah.
Begitulah cerita setahun kemarin dan hari ini aku akan menghubunginya
"Ya?"
Suara berat khas Handaru
"Daru." aku terisak di telepon
"Aku merindukanmu juga, Dar."
"Ku harap kita bertemu nanti. Hari ini jam 4 sore di taman."
Jam 4 sore di taman, ku lihat ada seorang ayah dengan anak menghampiriku.
"Dad, is it mommy?" ujarnya
Harus ku katakan, Handaru adalah ayah sekarang
"You can call me mommy if you want." aku menggendongnya dan menciumnya
Jadi? kamu sudah mendahuluiku?
"iya"
Jawabannya membuatku melemas. Kenapa harus? dan aku meninggalkan mereka dalam tangis.
Kenapa harus aku?
Namaku adalah Luhtitisari Dwinanta Ajinara dan ini kisahku
Comments
Post a Comment